ANALISIS DAN PERSPEKTIF : CONTOH ANALISA PREDIKSI PERGERAKAN RUPIAH



A.  Tekanan Dari Cadangan Devisa
Sepanjang semester 1 tahun 2018, nilai tukar rupiah masih dibayangi oleh berbagai katalis negatif baik dari global maupun domestik. Jika dibandingkan dengan kinerja mata uang beberapa negara di Asia seperti Singapura, Malaysia, India, Thailand, dan Tiongkok, pelemahan nilai tukar rupiah tercatat cukup signifikan sebesar -8,93%. Pelemahan yang paling signifikan dialami oleh Rupee India sebesar -9,27% dan Bath Thailand sebagai pemegang kinerja terbaik dengan pelemahan tercatat hanya -2,16% sejak Januari 2018.


Sejalan dengan depresiasi nilai tukar rupiah, cadangan devisa pun cenderung menurun disebabkan intervensi Bank Indonesia di pasar keuangan untuk menjaga stabilitas mata uang Garuda. 


Cadangan devisa tertinggi tercatat pada Januari 2018 sebesar USD 131,98 miliar dan cukup untuk membiayai 8,5 bulan impor. Lebih lanjut pada Juli 2018, terjadi penurunan cadangan devisa sebesar 10,4%, dimana tercatat jumlahnya menjadi USD 118,3 miliar atau setara dengan 6,9 bulan impor. 


Sebagai catatan bahwa standar keamanan minimal atau standar kecukupan internasional cadangan devisa yang ditetapkan oleh dunia internasional adalah 3 bulan impor.



B.  Dihantui Uncertainty Risk
Era perang dagang yang di buka oleh Presiden Donald Trump khususnya terhadap Tiongkok dan kian memburuk mengundang kekhawatiran dan resiko ketidakpastian bagi pasar dunia. Resiko ketidakpastian ini membuat investor cenderung lebih prudent dalam melakukan spending. Hal ini terlihat pada penurunan penanaman modal asing yang signifikan pada kuartal 2 di 2018 menjadi sebesar -12,90% YoY (dimana dalam periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 12,40%). 


Hal ini menjadi indikasi minimnya capital inflow Indonesia yang menyebabkan tekanan terhadap Rupiah. Bahkan sempat menyentuh 15.270 an sebagai level terendah yang pernah dialami sepanjang sejarah Indonesia pada 10 Oktober 2018. 




Akan tetapi optimisme mulai terlihat dari perkembangan terakhir dimana Presiden Donald Trump menunda untuk mengenakan tarif tambahan di bulan Maret 2019, terlebih lagi pada hari rabu (27/3), sejumlah pejabat Amerika Serikat mengatakan kepada Reuters bahwa China telah menyusun proposal tentang solusi dari berbagai masalah yang memicu perang dagang, termasuk mengenai transfer teknologi secara paksa.


Meskipun begitu, resiko ketidakpastian masih tetap menghantui ekonomi dunia khususnya Indonesia, mengingat jejak drama perang dagang yang selalu berawal dengan kata – kata manis yang optimistis lalu kemudian berakhir pada kemarahan dan ancaman baru lagi. Jika ini (perang dagang) tidak menemukan titik temu dan tetap berlanjut, maka fenomena inverted yield curve akan terus berlanjut yang mengindikasikan kemungkinan terjadinya resesi dalam satu hingga dua tahun ke depan.


C.  Tekanan Internal
Tidak mau kalah dengan tekanan eksternal, dari domestik sendiri terdapat tekanan dari defisit neraca perdagangan dan pelebaran defisit transaksi berjalan terhadap PDB yang ikut membebani nilai tukar rupiah. Sempat mencatatkan surplus pada Juni 2018 sebesar USD 1,74 miliar, Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) pada bulan Juli 2018 kembali defisit USD 2,03 miliar. 


Hal ini merupakan dampak dari pertumbuhan impor yang jauh lebih tinggi dibandingkan ekspor Indonesia sepanjang tahun 2018 yaitu 21,83% banding 9,82% YTD. Salah satu pemicu kenaikan impor ini adalah impor barang modal seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi dalam negeri dan pembangunan infrastruktur yang masih terus berlanjut dari tahun sebelumnya. Selain itu, didukung oleh momen hari raya Idul Fitri dimana impor barang konsumsi juga turut menjadi salah satu kontributor terhadap kenaikan angka impor yang signifikan. 



Dampak dari kenaikan impor yang signifikan ini juga menyebabkan defisit transaksi berjalan meningkat. Pada kuartal 2 di tahun 2018, defisit transaksi berjalan berada di posisi 3% terhadap PDB dimana ini merupakan jumlah defisit tertinggi sepanjang tahun 2018 dan telah menyentuh batas target yang ditentukan oleh Bank Indonesia (BI). 


Sebagai tambahan, meskipun begitu berbagai upaya yang dilakukan Bank Indonesia dan pemerintah dalam mengintervensi pasar telah dilakukan dengan operasi pasar terbuka dengan menggunakan cadangan devisa dan menaikan tingkat suku bunga acuan cukup agresif hingga mencapai 5,50% di agustus 2018 atau naik 125 bps dari level terendahnya yaitu 4,25% serta menetapkan tarif impor bagi 500 jenis produk di september membatasi atau mengendalikan angka impor Indonesia.


D.  Proyeksi Pergerakan Kurs Rupiah Terhadap US Dollar
Resiko ketidakpastian yang ditimbulkan oleh Donald Trump dan defisitnya Neraca Perdagangan Indonesia pada akhirnya menyebabkan investor melakukan konversi terhadap investasinya dari high risk asset ke low risk asset yang tentunya memicu capital outflow khususnya dari emerging market serta defisitnya NPI yang terjadi pada akhirnya menyebabkan cadangan devisa Indonesia terkuras yang kemudian berimbas pada kinerja mata uang Garuda di pasar. 


Untuk itu, penulis ingin mencoba untuk memproyeksikan akan hinggap dimana mata uang Garuda dengan menggunakan data cadangan devisa selama 12 bulan di tahun 2018 dimana (menurut penulis) efek dari trade war mulai terasa, setidaknya untuk satu tahun ke depan sebelum momen US President Election di tahun 2020. Berikut data cadangan devisa dan kurs rupiah selama akhir bulan Januari hingga akhir bulan Desember pada tahun 2018 :

1.   Januari USD 132,00 Miliar dan Rp 13.451,5 (Grafik Bulanan)        
2.   Februari USD 128,06 Miliar dan Rp 13.757,5 (Grafik Bulanan)
3.   Maret USD 126,00 Miliar dan Rp 13.765 (Grafik bulanan)
4.   April USD 124,90 Miliar dan Rp 13.940 (Grafik bulanan)
5.   Mei USD 122,90 Miliar dan Rp 13.895 (Grafik Bulanan)
6.   Juni USD 119,80 Miliar dan Rp 14.330 (Grafik Bulanan)
7.   Juli USD 118,30 Miliar dan Rp 14.492,5 (Grafik bulanan)
8.   Agustus USD 117,90 Miliar dan Rp 14.730 (Grafik bulanan)
9.   September USD 114,80 Miliar dan Rp 14.909 (Grafik harian)
10.    Oktober USD 115,20 Miliar dan Rp 15.202,5 (Grafik harian)
11.    November USD 117,20 Miliar dan Rp 14.302,5 (Grafik harian)
12.    Desember USD 120,70 Miliar dan Rp 14.380 (Grafik harian)
            
Berdasarkan data cadangan devisa 12 bulan di atas selama 2018, di peroleh korelasi yang kuat sebesar -93,3% dengan tingkat probabilitas 100% atau alpha 0%. Dengan menggunakan asumsi cadangan devisa rata – rata 121,48 Miliar, maka penulis memproyeksikan akhir tahun 2019 rupiah akan berada di angka Rp 14.262,97 per dollar AS. Jika dilengkapi dengan data pertumbuhan ekonomi yang sebelumnya telah penulis coba proyeksikan di tulisan http://kazenime22.blogspot.com/2019/03/analisis-dan-perspektif-prospek-ekonomi.html ini, maka di tahun 2019 ini rupiah akan berada di Rp 14.262,97 dengan kinerja ekonomi Indonesia sebesar 5,424% atau 5,4%.

Semoga bermanfaat ya. . . :-)
https://kazenime22.blogspot.com/2020/04/analisis-dan-perspektif-melihat-dampak.html 
https://kazenime22.blogspot.com/2020/01/bisnis-dan-investasi-analisis-bisnis.html 
https://kazenime22.blogspot.com/2019/12/analisis-dan-perspektif-uni-eropa.html https://kazenime22.blogspot.com/2019/08/analisis-dan-perspektif-apa-kabar.html
https://kazenime22.blogspot.com/2019/08/analisis-dan-perspektif-resiko-suku_12.html
https://kazenime22.blogspot.com/2019/08/bisnis-dan-investasi-beda-solopreneur.html

Comments

Popular posts from this blog

TEORI AKUNTANSI : MEMAHAMI SIFAT - SIFAT AKUNTANSI

ANGGARAN PERUSAHAAN : ANGGARAN PADA PERUSAHAAN JASA (SERVICE COMPANY BUDGET)

AKUNTANSI BIAYA : METODE HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COSTING METHOD)