FINANCIAL UMUM : PENTINGNYA KARAKTER KEUANGAN DAN CREDIT SCORING
Karakter Keuangan & Credit Scoring : By Indra Y.P
A. Karakter Keuangan
Karakter keuangan berkenaan dengan
perilaku individu atau kelompok terkait pengelolaan keuangannya, mencakup
bagaimana ia memperoleh penghasilan dan digunakan untuk apa penghasilan
tersebut. Ada yang menggunakannya untuk hal – hal yang bersifat konsumtif ada
juga yang memanfaatkannya untuk sesuatu yang produktif.
Ada juga yang memanfaatkannya untuk berfokus pada dirinya sendiri atau keluarga, ada juga yang membagikan sebagian untuk orang lain. Untuk lebih jelasnya karakter keuangan ini di bagi berdasarkan perilaku umum dari generasi ke generasi. Berikut karakter keuangan dilihat dari sisi generasi kehidupannya :
Ada juga yang memanfaatkannya untuk berfokus pada dirinya sendiri atau keluarga, ada juga yang membagikan sebagian untuk orang lain. Untuk lebih jelasnya karakter keuangan ini di bagi berdasarkan perilaku umum dari generasi ke generasi. Berikut karakter keuangan dilihat dari sisi generasi kehidupannya :
1. Generasi
Baby Boomers (1946 – 1964), yaitu
generasi yang lahir setelah masa Perang Dunia II. Mereka cenderung hidup dalam
kemandirian dan berdikari. Tidak bergantung pada orang tua, justru berusaha
mencari uang untuk orang tua atau keluarganya.
Generasi ini sangat peduli dan perhatian dengan keturunannya dimana mereka tidak ingin kesulitan dan penderitaan yang mereka alami saat perang terulang kembali pada kehidupan anak – anaknya. Untuk itu, generasi ini cenderung memanfaatkan uangnya untuk membeli tanah, rumah, kendaraan dan sisanya ditabung sebagai warisan. Mereka merupakan orang – orang yang memprioritaskan keluarga, bagi mereka waktu bersama keluarga adalah segalanya.
Generasi ini sangat peduli dan perhatian dengan keturunannya dimana mereka tidak ingin kesulitan dan penderitaan yang mereka alami saat perang terulang kembali pada kehidupan anak – anaknya. Untuk itu, generasi ini cenderung memanfaatkan uangnya untuk membeli tanah, rumah, kendaraan dan sisanya ditabung sebagai warisan. Mereka merupakan orang – orang yang memprioritaskan keluarga, bagi mereka waktu bersama keluarga adalah segalanya.
2. Generasi
X (1965 – 1976) yang merupakan keturunan dari generasi baby boomers. Karena adanya tabungan dan warisan dari orang tuanya,
generasi X cenderung memiliki pendidikan yang lebih baik. Oleh sebab itu,
pemikiran mereka sedikit lebih maju.
Sekilas perilaku mereka sama seperti generasi baby boomers, hanya saja mereka mulai mengenal investasi sehingga penghasilan yang mereka miliki cenderung digunakan untuk modal usaha, untuk kehidupan keluarga terutama anak – anak, beli kendaraan dan properti. Terkait pekerja kantoran, biasanya mereka cenderung menetap atau jarang berpindah – pindah tempat kerja, terlebih hanya karena alasan sepele. Generasi ini masih cenderung memikirkan waktu kebersamaan dengan keluarga.
Sekilas perilaku mereka sama seperti generasi baby boomers, hanya saja mereka mulai mengenal investasi sehingga penghasilan yang mereka miliki cenderung digunakan untuk modal usaha, untuk kehidupan keluarga terutama anak – anak, beli kendaraan dan properti. Terkait pekerja kantoran, biasanya mereka cenderung menetap atau jarang berpindah – pindah tempat kerja, terlebih hanya karena alasan sepele. Generasi ini masih cenderung memikirkan waktu kebersamaan dengan keluarga.
3. Generasi
Y atau Millenial (1977 – 1995), lahir di saat teknologi sedang berkembang
pesat. Mereka cenderung bergantung kepada internet untuk mencari informasi dan
lain – lain. Dari sisi pendidikan tentu lebih layak dibandingkan generasi –
generasi sebelumnya. Mereka cenderung ambisius dalam bekerja, baik sebagai
pekerja kantoran maupun pebisnis. Sebagai pekerja kantoran, biasanya mereka
cenderung suka berpindah – pindah tempat kerja karena berbagai alasan.
Karena terlahir di era globalisasi, generasi milenial umumnya bersifat konsumtif. Artinya dengan informasi dari belahan dunia yang begitu mudahnya di akses sehingga membuat mereka tergiur dan selalu ingin membeli apa yang mereka sukai, seperti selalu update gadget keluaran terbaru, kendaraan, traveling, dan berwisata kuliner alias makan – makan. Di sisi lain, mereka pun sadar akan pentingnya memiliki rumah sehingga tidak sedikit dari generasi ini yang memiliki rumah baik melalui fasilitas KPR maupun dibeli secara tunai.
Terkait keluarga, biasanya mereka cenderung kurang menghargai waktu bersama dan cenderung terlalu memanjakan anak – anaknya dengan segala teknologi yang ada, makanya tidak heran banyak orang tua dalam generasi milenial cenderung sibuk bekerja bahkan istri dan suami sama – sama bekerja dan anak – anaknya sejak kecil telah bebas memegang handphone atau menonton televisi atau youtube.
Karena terlahir di era globalisasi, generasi milenial umumnya bersifat konsumtif. Artinya dengan informasi dari belahan dunia yang begitu mudahnya di akses sehingga membuat mereka tergiur dan selalu ingin membeli apa yang mereka sukai, seperti selalu update gadget keluaran terbaru, kendaraan, traveling, dan berwisata kuliner alias makan – makan. Di sisi lain, mereka pun sadar akan pentingnya memiliki rumah sehingga tidak sedikit dari generasi ini yang memiliki rumah baik melalui fasilitas KPR maupun dibeli secara tunai.
Terkait keluarga, biasanya mereka cenderung kurang menghargai waktu bersama dan cenderung terlalu memanjakan anak – anaknya dengan segala teknologi yang ada, makanya tidak heran banyak orang tua dalam generasi milenial cenderung sibuk bekerja bahkan istri dan suami sama – sama bekerja dan anak – anaknya sejak kecil telah bebas memegang handphone atau menonton televisi atau youtube.
4. Generasi
Z (1996 – 2010), inilah generasi yang telah akrab dengan teknologi. Biasanya
mereka lebih suka bermain gadget
dibandingkan permainan tradisional anak di era sebelumnya. Oleh sebab itu,
generasi Z cenderung lebih menyukai sesuatu yang instan. Tidak heran bukan
sekarang produk – produk perusahaan yang serba instan lebih laku terjual.
Mereka juga akrab denga inovasi – inovasi bisnis yang menggunakan teknologi,
seperti online shop.
Generasi ini sangat gemar berbisnis online karena praktis dan bisa dilakukan dimana saja. Karena keakrabannya dengan teknologi, generasi z umumnya gemar mencari popularitas dengan aktif di berbagai media sosial. Maka dari itu tidak heran jika sekarang banyak orang eksis bahkan terlampau eksis dan bermunculan artis – arti baru yang berasal dari youtube, instagram (selegram) dan media sosial lainnya.
Terkait dengan popularitas di media sosial ini, maka biasanya mereka cenderung menggunakan penghasilannya untuk fashion, makan di restoran terkenal atau mahal dan jalan – jalan. Terkait keluarga, mungkin mirip atau tidak berbeda jauh dari generasi millenial.
Generasi ini sangat gemar berbisnis online karena praktis dan bisa dilakukan dimana saja. Karena keakrabannya dengan teknologi, generasi z umumnya gemar mencari popularitas dengan aktif di berbagai media sosial. Maka dari itu tidak heran jika sekarang banyak orang eksis bahkan terlampau eksis dan bermunculan artis – arti baru yang berasal dari youtube, instagram (selegram) dan media sosial lainnya.
Terkait dengan popularitas di media sosial ini, maka biasanya mereka cenderung menggunakan penghasilannya untuk fashion, makan di restoran terkenal atau mahal dan jalan – jalan. Terkait keluarga, mungkin mirip atau tidak berbeda jauh dari generasi millenial.
5. Generasi
Alpha (2011 – Sekarang), yaitu
generasi yang lahir dimana teknologi merupakan sebuah kebutuhan. Untuk yang
satu ini, belum dapat diprediksi karena setidaknya usia mereka ditahun 2019 ini
adalah 8 tahun.
Menurut penulis, generasi ini kelak sangat bergantung dengan teknologi dalam setiap kehidupannya, cenderung lebih eksis di media sosial seiring dengan teknologi yang semakin maju, mungkin cenderung lebih bossy akibat semakin dimanjakannya customer dalam dunia bisnis sebab berdasarkan realitas di kehidupan sekarang saja banyak orang yang lebih suka beli ini dan secara online atau menggunakan jasa ojek online, padahal memiliki kendaraan. Bahkan yang cenderung dekat pun masih tetap menggunakan jasa ojek online.
Menurut penulis, generasi ini kelak sangat bergantung dengan teknologi dalam setiap kehidupannya, cenderung lebih eksis di media sosial seiring dengan teknologi yang semakin maju, mungkin cenderung lebih bossy akibat semakin dimanjakannya customer dalam dunia bisnis sebab berdasarkan realitas di kehidupan sekarang saja banyak orang yang lebih suka beli ini dan secara online atau menggunakan jasa ojek online, padahal memiliki kendaraan. Bahkan yang cenderung dekat pun masih tetap menggunakan jasa ojek online.
B. Credit
Scoring (Skor
Kredit)
Skor kredit
merupakan suatu angka yang mencerminkan profil risiko individu dalam memenuhi
kewajiban keuangannya. Semakin tinggi skornya, maka risiko kredit individu
tersebut semkain rendah. Credit Scoring dihitung
dengan menggunakan data historis
pinjaman atau kredit individu, data pembayaran pinjaman, dan faktor – faktor
lainnya yang dipadukan dengan metodologi statsitik regresi.
Hasilnya diperoleh suatu skor kredit individu yang dapat memprediksi individu tersebut dalam kemampuannya membayar kewajiban dikemudian hari dan kemungkinan inidividu tersebut mengalami gagar bayar selama 12 bulan ke depan. Dengan kata lain, hal – hal yang mempengaruhi hasil skor ini adalah bagaimana kita mengelola dana kredit tersebut, apakah digunakan secara bijaksana dan dilunasi secara rutin atau tidak.
Untuk individu yang belum pernah melakukan kredit (khususnya di negara – negara yang masyarakatnya tergolong non credit society), biasanya dilihat dari sisi behaviour. Sederhana dan singkatnya, mereka akan menilai dari sisi perilaku kita dalam mengelola keuangan.
Hasilnya diperoleh suatu skor kredit individu yang dapat memprediksi individu tersebut dalam kemampuannya membayar kewajiban dikemudian hari dan kemungkinan inidividu tersebut mengalami gagar bayar selama 12 bulan ke depan. Dengan kata lain, hal – hal yang mempengaruhi hasil skor ini adalah bagaimana kita mengelola dana kredit tersebut, apakah digunakan secara bijaksana dan dilunasi secara rutin atau tidak.
Untuk individu yang belum pernah melakukan kredit (khususnya di negara – negara yang masyarakatnya tergolong non credit society), biasanya dilihat dari sisi behaviour. Sederhana dan singkatnya, mereka akan menilai dari sisi perilaku kita dalam mengelola keuangan.
Sebagai informasi tambahan, kini
beberapa pihak telah mengharapkan kita khususnya masyarakat Indonesia untuk
mengikuti kebiasaan masyarakat yang melekat dengan kredit atau sederhananya
doyan utang dilembaga – lembaga keuangan atau istilah kerennya credit society. Bagi penulis, ini
bukanlah sesuatu yang baik dan bertentangan dengan ajaran Nabi Muhammad SAW
dimana berhutang hanya dalam keadaan sangat terpaksa saja.
Sebab utang merupakan sesuatu yang berpotensi besar menimbulkan keburukan apalagi di era sekarang kredit yang ditawarkan oleh lembaga – lembaga keuangan identik dengan riba atau hal – hal yang diharamkan. Pada dasarnya, utang bertujuan untuk membantu orang lain, bukannya untuk di bisniskan. Akan tetapi dalam sistim syariah diperbolehkan asalkan dengan sistim bagi hasil. Wallahualam, kalau penulis sendiri tidak mau membisniskan utang - piutang (dalam bentuk uang).
Semoga bermanfaat ya. . . :-)
https://kazenime22.blogspot.com/2019/03/kredit-tanpa-agunan-kta.html
Sebab utang merupakan sesuatu yang berpotensi besar menimbulkan keburukan apalagi di era sekarang kredit yang ditawarkan oleh lembaga – lembaga keuangan identik dengan riba atau hal – hal yang diharamkan. Pada dasarnya, utang bertujuan untuk membantu orang lain, bukannya untuk di bisniskan. Akan tetapi dalam sistim syariah diperbolehkan asalkan dengan sistim bagi hasil. Wallahualam, kalau penulis sendiri tidak mau membisniskan utang - piutang (dalam bentuk uang).
Semoga bermanfaat ya. . . :-)
https://kazenime22.blogspot.com/2019/03/kredit-tanpa-agunan-kta.html
Comments
Post a Comment