INDUSTRI 4.0 : DEFINISI DAN PERAN PENTING KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) DI ERA INDUSTRI 4.0



A.  Kecerdasan Emosional (Emotional Intelligence)
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu untuk menerima, menilai, mengelola serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain disekitarnya. Terkait dunia bisnis dan pekerjaan, emotional intelligence sangat penting baik hubungan dalam lingkup lingkungan internal perusahaan maupun eksternal, khususnya diera teknologi industri 4.


Dalam lingkungan internal perusahaan, kecerdasan emosional sangat berhubungan erat dengan kinerja sumber daya manusianya. Seperti pujian atau apresiasi yang diberikan oleh atasan kepada bawahannya yang akan membuat karyawan tersebut merasa diperhatikan dan dihargai sehingga performa karyawan tersebut akan meningkat sehingga kontribusinya terhadap kinerja perusahaan pun meningkat. 



Terkait lingkungan eksternal, emotional intelligence  ini sangat berperan dalam pelayanan customer, pemasaran atau penjualan produk terkait komunikasi yang efektif. Selain itu, peran emosi ini begitu penting dalam membangun brand bisnis bagi masyarakat luas yang tentunya akan meningkatkan nilai dari brand bisnis tersebut. 


Berbeda dengan zaman dulu dimana customer tidak punya atau memiliki pilihan yang sangat terbatas terkait suatu produk, sekarang customer memiliki kebebasan dalam memilih suatu produk karena banyaknya perusahaan yang telah menyediakan produk sejenis. 


Oleh karena itu, semakin dibutuhkan peran emotional intelligence dalam menjaring customer dan menjaga hubungan dengan pelanggan agar tidak berpindah ke produk dari perusahaan lain. Contoh konkret penerapan emotional intelligence sangat banyak dan sering kita temukan dalam kehidupan kita sehari – hari, seperti perlakuan karyawan minimarket atau perbankan yang cenderung ramah dan murah senyum serta berpenampilan menarik terhadap customer.



B.  Peran Kecerdasan Emosional Di Era Industri 4.0
Kekhawatiran yang paling populer di era industri 4 ini adalah terjadinya pergeseran dalam pemanfaatan tenaga manusia oleh mesin atau teknologi. Pergeseran ini akan mengakibatkan banyak orang kehilangan pekerjaannya.

Sydney Harris yang merupakan seorang jurnalis Amerika mengatakan “Yang perlu kita takutkan sebenarnya bukanlah mesin yang bisa berpikir seperti manusia, tapi manusia yang cara berpikirnya seperti mesin”.


Pendapatnya ini bukanlah sebuah omong kosong belaka, melainkan realita yang biasanya kita jumpai dalam lingkungan bisnis lokal atau pemerintahaan dimana kecerdasan emosional dalam pelayanan customer sering kali di abaikan. 


Padahal kecerdasan emosional inilah yang sesungguhnya membedakan antara kualitas sumber daya manusia dengan teknologi. Dengan semakin berkembangnya teknologi yang menggantikan tenaga manusia akan mengakibatkan harga dari teknologi tersebut menjadi lebih murah sehingga tenaga atau jasa manusia yang melibatkan kecerdasan emosional menjadi lebih langka dan cenderung lebih mahal. 




John Naisbitt telah meramalkan dalam bukunya “High Tech, High Touch”. Semakin canggih teknologi, maka semakin diperlukan sentuhan rasa. Akibatnya robot dan mesin semakin murah, tetapi tenaga manusia menjadi semakin mahal. 


Seperti halnya yang terjadi dinegara – negara maju dimana sentuhan manusia sudah lebih langka dan lebih mahal. Sebagai contoh dalam jasa cuci mobil, tarifnya cenderung lebih murah ketika mencuci menggunakan mesin dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia. Secara ringkas setidaknya terdapat 4 alasan mengapa  EQ atau kecerdasan emosi tetap akan dibutuhkan di era industri 4.0 :

1.   Emosi itu sendiri akan semakin langka seiring digantikannya oleh teknologi.

2.   Adanya kerinduan dilayani secara tulus

3.   Mesin memang lebih efisien, tetapi belum tentu efektif. Sebab mesin sifatnya konstan dan kaku, bertindak sesuai dengan yang telah diprogram oleh pembuatnya, sedangkan manusia memiliki kehendak bebas dan fleksibel.

   Artinya mesin mungkin menawarkan kecepatan dalam pelayanan dan memperoleh hasil serta dapat aktif 24 jam, akan tetapi tidak akan mampu memberikan kesan dan pelayanan yang baik seperti manusia.
 
4.  Mesin tidak dapat kompromi dengan gaptek atau ketidakpahaman. Seperti yang pernah dialami oleh penulis terkait pelayanan menggunakan chatbot oleh sebuah perusahaan. Saat itu penulis sedang mengadukan suatu masalah, tetapi tidak pernah puas dengan jawaban chatbot tersebut karena jawaban atau solusi yang diberikan berbeda jauh dari masalah yang sedang penulis hadapi.



C.  Pandangan Jack Ma Di Era Industri 4.0
Jack Ma merupakan founder dari berbagai sistim online yang sangat bermanfaat dalam dunia bisnis. Akan tetapi ia sendiri masih percaya dengan pentingnya kecerdasan emosional di era industri 4. Menurutnya justru semakin dibutuhkan. Dalam nasehatnya ia berkata “Justru janganlah coba unggul di mana mesin bisa lebih unggul. Tapi aspek – aspek EQ, adalah aspek di mana mesin tidak mungkin unggul”.

Semoga bermanfaat ya. . . :-)
http://kazenime22.blogspot.com/2019/03/manajemen-portofolio-reksadana.html
https://kazenime22.blogspot.com/2019/11/logistik-manajemen-pergudangan.html 
https://kazenime22.blogspot.com/2020/01/akuntansi-biaya-sistim-activity-based.html 
https://kazenime22.blogspot.com/2019/11/logistik-memahami-pengelolaan-safety.html
https://kazenime22.blogspot.com/2019/11/bisnis-dan-investasi-kebijakan-dividend.html
https://kazenime22.blogspot.com/2020/01/akuntansi-keuangan-memahami-analisis.html 

Comments

Popular posts from this blog

TEORI AKUNTANSI : MEMAHAMI SIFAT - SIFAT AKUNTANSI

ANGGARAN PERUSAHAAN : ANGGARAN PADA PERUSAHAAN JASA (SERVICE COMPANY BUDGET)

AKUNTANSI BIAYA : MEMAHAMI REWORK DAN SCRAP