ANALISIS DAN PERSPEKTIF : MEMAHAMI POTENSI DAN RISIKO BISNIS WIJAYA KARYA

Bagan Pengaruh Wijaya Karya, By: Indra Y. Perwira


A.  Profil Wijaya Karya
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang pelaksanaan konstruksi dan pekerjaan terintegrasi engineering, procurement and construction (EPC) dengan segmen bisnis yang dibagi menjadi lima pilar yaitu Industri, Infrastruktur dan Gedung, Energi dan Industrial Plant, Realty and property, serta Investasi. 




Perseroan pertama kali didirikan sebagai BUMN pada tanggal 11 Maret 1960 melalui proses nasionalisasi perusahaan asing yang bernama Naamloze Vennotschap Technische Handel Maatschappij en Bouwbedijf Vis en Co  atau dikenal juga dengan sebutan NV Vis en Co. Proses tersebut mengubah nama perusahaan menjadi PN Widjaja Karja dan mulai beroperasi pada tahun selanjutnya sebagai perusahaan yang membangun instalasi listrik dan pipa air. 


Pada tahun 1971, PN Widjaja Karja dinyatakan bubar dan dialihkan bentuknya menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan pada tahun 1972 perusahaan dinamakan kembali menjadi PT. Wijaya Karya (Persero). Saat ini, perseroan merupakan salah satu BUMN konstruksi terbesar di Indonesia dengan proyek – proyek infrastruktur terkenal yang pernah dikerjakan olehnya antara lain Gelora Bung Karno, Jembatan Suramadu dan Flyover Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta.


B.  Potensi Bisnis
Mengingat perusahaan merupakan perusahaan yang bergerak dibidang usaha yang identik dengan kegiatan pembiayaan, maka sangat penting bagi perusahaan untuk menjaga tingkat kepercayaan kreditor maupun investor. Dalam lima tahun terakhir tampak perusahaan mampu menjaga kepercayaan atau kredibilitasnya dengan baik yang terlihat dari angka Debt to Asset Ratio (DAR) yang terlihat stabil cenderung meningkat, yaitu ditahun 2014 dengan angka 0,69, tahun 2015 diangka 0,72, tahun 2016 dengan angka 0,60, tahun 2017 di angka 0,68 hingga september tahun 2018 berada di angka 0,73. 


Perusahaan pun sempat mencapai prestasi tertingginya di tahun 2016 dengan Net Profit Margin mencapai 7,32%, tertinggi sejak tahun 2014. Meskipun setelahnya, ditahun 2017 perseroan mengalami penurunan Profit Margin menjadi 5,18% , bertepatan dengan isu perang dagang yang di bawa oleh Presiden Donald Trump dan memicu pengetatan suku bunga yang tentunya membebani perseroan secara tidak langsung.

Meskipun begitu, berdasarkan tulisan penulis sebelumnya http://kazenime22.blogspot.com/2019/08/analisis-dan-perspektif-resiko-suku_12.html terkait pergerakan suku bunga untuk setidaknya setahun ke depan, maka itu dapat menjadi insentif bagi perusahaan dan meningkatkan potensi kinerja yang lebih positif untuk setahun ke depan. Selain itu kembali terpilihnya Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia dengan programnya yang aktif menggenjot infrastruktur tanah air sehingga menjadi satu lagi kabar baik bagi perseroan, terlebih angka penyaluran APBN 2019 di sektor infrastruktur mengalami peningkatan menjadi 415,0 triliun.


Perseroan menggunakan strategi “Pasar Selektif” yang merujuk pada keputusan perseroan untuk hanya memilih proyek konstruksi yang dinilai menguntungkan bagi perseroan. Proyek perseroan sendiri berasal dari pemerintah dan juga perusahaan swasta. Khususnya yang menarik perhatian ialah Mega Proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung yang penulis yakini dapat berkontribusi besar terhadap kinerja perseroan dalam jangka panjang. Berdasarkan informasi dari CNBC Indonesia bahwa progres konstruksi mega proyek kereta cepat Jakarta – Bandung per 5 Juli 2019 mencapai 23% dan ditargetkan selesai tepat waktu pada tahun 2021.


C.  Risiko dan Ancaman Bisnis
Meskipun memiliki segudang potensi kinerja yang positif, perseroan pun memiliki beberapa ancaman bagi bisnisnya yang tentunya harus diwaspadai. Sifat dari perseroan yang terlalu bergantung kepada proyek – proyek besar pemerintah menjadi sesuatu yang perlu diwaspadai sebab hal itu berarti bahwa belanja pemerintah untuk pembangunan infrastruktur akan mempengaruhi kinerja perseroan secara keseluruhan sehingga apabila APBN 2019 ini tidak memberikan peningkatan yang drastis bagi perseroan atau sederhananya mendapat jatah yang sedikit atau diluar harapan manajemen, maka akan sulit bagi perseroan membukukan kinerja yang gemilang di tahun 2019. 


Sebagai informasi bahwa perseroan memiliki porsi kepemilikan yang paling besar di Mega Proyek kereta cepat Jakarta – Bandung yaitu 38% sehingga apabila terjadi keterlambatan atau kegagalan pada proyek tersebut  maka akan sangat mempengaruhi kinerja perseroan.

Comments

Popular posts from this blog

TEORI AKUNTANSI : MEMAHAMI SIFAT - SIFAT AKUNTANSI

ANGGARAN PERUSAHAAN : ANGGARAN PADA PERUSAHAAN JASA (SERVICE COMPANY BUDGET)

AKUNTANSI BIAYA : METODE HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COSTING METHOD)