KOMUNIKASI BISNIS : PENTINGNYA ETIKA DALAM BERKOMUNIKASI


A. Pengertian Komunikasi Interpersonal (Interpersonal Comm. Definition)
Menurut Kak Azizah Hasna Arifin dalam tulisannya seputar komunikasi interpersonal, komunikasi interpersonal merupakan proses penyampaian dan penerimaan pesan antara pengirim  (sender) dengan penerima (receiver) baik secara langsung atau tatap muka maupun secara tidak langsung melalui media tertentu (seperti sms, telepon, video dan lain – lain) yang memungkinkan timbulnya umpan balik secara langsung.


Bagi sebagian besar masyarakat, mungkin komunikasi hanyalah media untuk menyampaikan sesuatu. Menurut penulis pribadi, komunikasi bukan hanya sekedar media penyampai pesan, melainkan menginformasikan budaya, etika, perasaan serta strata yang menentukan kualitas diri seseorang di mata orang lain, di mata Allah SWT juga di mata hewan atau mahkluk lain, bahkan yang juga menjadi suatu pembeda antara manusia dengan hewan. 


Sebab jika kita berkomunikasi hanya berfokus pada dan untuk menyampaikan pesan semata, maka tidak ada bedanya kita dengan doggy yang menggonggong”. Oleh sebab itu, sangat penting agar kita dapat menjaga cara berkomunikasi dengan orang lain. Begitu pun tidak setiap saat sama cara kita untuk berkomunikasi, melainkan terdapat perbedaan pada cara kita berkomunikasi dalam setiap situasi dan kondisi tertentu.


Seperti halnya tidak sama caranya ketika kita berkomunikasi secara lisan dan ketika kita berkomunikasi secara tulisan dengan seseorang atau komunikasi secara langsung yang juga tidak sama dengan komunikasi secara tidak langsung dalam arti melalui perantara baik melalui orang lain maupun dengan bantuan perangkat teknologi, juga tidak sama antara cara kita berkomunikasi dengan seseorang yang baru kita kenal dan berkomunikasi dengan seseorang yang telah akrab dengan kita. 


Seperti contohnya ketika kita merespon seseorang dengan pertanyaan “Memang kenapa?”, tentu akan memiliki kesan yang berbeda ketika itu disampaikan secara lisan dan tulisan. Biasanya akan meninggalkan kesan negatif jika pertanyaan tersebut digunakan dalam menyampaikan informasi atau berkomunikasi secara tertulis.


B.  Tujuan Komunikasi Interpersonal (Interpersonal Communication Purpose)
Menurut Kak Azizah Hasna Arifin dalam tulisannya seputar komunikasi interpersonal, bahwa itu merupakan suatu action oriented, ialah suatu tindakan yang berorientasi pada tujuan tertentu dan tujuan komunikasi interpersonal itu sendiri bermancam – macam, diantaranya :


1.   Mengungkapkan Perhatian Kepada Orang Lain
Seseorang berkomunikasi kepada orang lain dengan cara menyapa, tersenyum, melambaikan tangan, membungkukkan badan, menanyakan kabar kesehatan, dan lain – lainnya dimaksudkan untuk menunjukkan adanya perhatian kepada orang lain untuk menghindari kesan dari orang lain sebagai pribadi yang tertutup, dingin dan cuek.


2.   Menemukan Jati Diri
Karena ingin mengetahui dan mengenali karakteristik diri pribadi berdasarkan informasi dari orang lain. Bila seseorang terlibat komunikasi interpersonal dengan orang lain, maka terjadi proses belajar tentang diri sendiri maupun orang lain.


3.   Menemukan Dunia Luar
Dengan komunikasi interpersonal diperoleh kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi dari orang lain, termasuk informasi penting dan aktual.


4.   Membangun dan Memelihara Hubungan Yang Harmonis
Sebagai mahkluk sosial, salah satu kebutuhan setiap orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan baik dengan orang lain. Semakin banyak teman yang dapat diajak bekerjasama maka semakin lancarlah kehidupan sehari – hari. (terkecuali mereka yang minoritas berkepribadian introvert, menurut penulis pribadi butuh dibahas lebih spesifik dan khusus).


5.   Mempengaruhi Sikap dan Tingkah Laku
Pada dasarnya komunikasi adalah sebuah pengalaman. Setiap pengalaman akan memberi makna pada situasi kehidupan manusia termasuk memberi makna tertentu terhadap kemungkinan terjadinya perubahan sikap.


6.   Mencari Kesenangan atau Menghabiskan Waktu
Ada  kalanya seseorang melakukan komunikasi interpersonal sekedar mencari kesenangan atau hiburan. Komunikasi interpersonal yang seperti ini mampu memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan suasana rileks, ringan dan menghibur dari semua kegiatan serius yang dilakukan sehari – hari. (menurut penulis pribadi, ini merupakan salah satu ciri seorang ekstrovert yang cenderung senang banyak berbicara. 

Khususnya pada orang – orang tertentu yang terbiasa tidak bisa diam, maka banyak bicara merupakan suatu keharusan agar tidak stres. Saran penulis, sebaiknya dikontrol. Banyak berkomunikasi itu baik dan normal – normal saja, tetapi apabila berlebihan maka akan berdampak buruk baik bagi diri sendiri maupun orang lain).


7.   Menghilangkan Kerugian Akibat Salah Komunikasi
Dengan berkomunikasi interpersonal dapat dilakukan pendekatan secara langsung, menjelaskan berbagai pesan yang rawan menimbulkan kesalahan interpretasi. (penulis pribadi menyebut tujuan ini dengan istilah “keterbukaan dan kejelasan”. Inilah yang menjadi salah satu kunci kualitas suatu hubungan dapat terjaga dengan baik, khususnya dalam hubungan keluarga dan lebih khususnya lagi antara suami-istri).


8.   Memberikan Bantuan Dalam Bentuk Konseling
Konsultasi merupakan kegiatan komunikasi interpersonal yang memiliki nilai strategis. Tanpa disadari setiap orang ternyata sering bertindak konseler ataupun konseli dalam interaksi interpersonal sehari – hari. Seperti seorang yang curhat kepada temannya dan mahasiswa yang berdiskusi kepada seorng dosen.


C.  Etika Komunikasi Interpersonal (Ethics Of Interpersonal Communication
Menurut Kak Azizah Hasna Arifin dalam tulisannya seputar komunikasi interpersonal, bahwa secara etimologi (asal kata) istilah etika berasal dari kata latin ethicus yang berarti kebiasaan. Sesuatu dianggap etis atau baik, apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa etika adalah suatu studi atau ilmu yang membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dinilai baik dan mana pula yang dinilai buruk. Etika juga disebut sebagai ilmu normatif, yang berisi ketentuan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai tingkah laku yang baik atau buruk.


Menurut Kak Azizah Hasna Arifin dalam tulisannya seputar komunikasi interpersonal bahwa dalam menelaah ukuran baik dan buruk ini, kita bisa melakukan penggolongan etika menjadi 2 kategori, etika deskriptif dan etika normatif :


1.   Etika Deskriptif
Merupakan usaha menilai tindakan atau perilaku berdasarkan pada ketentuan atau norma baik – buruk yang tumbuh dalam kehidupan bersama, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.

2.   Etika Normatif
Merupakan etika yang memberikan penilaian etis atas tindakan dengan cara yang berbeda, yaitu dengan menggunakan norma yang dibuat oleh otoritas tertentu. Jadi, ukuran etika terletak pada kesesuaian tindakan dengan normal yang berlaku.


Standar etika adalah bahwa tindakan itu dikategorikan etis atau baik jika sesuai dengan norma dan nilai sosial budaya di masyarakat. Dengan demikian, tindakan itu tidak diukur dari kepentingan subjek individu, melainkan pada kesepakatan bersama masyarakat secara umum. Di dalam masyarakat sendiri, terdapat berbagai macam kelompok atau organisasi yang masing – masing juga cenderung mengembangkan norma etika bagi anggotanya.


D.  Ideologi Etika Komunikasi (Interpersonal Communication Ideology)
Berdasarkan penjelasan terkait etika diatas, penulis pribadi ingin mengingatkan bahwa etika yang dipelajari dalam ilmu komunikasi interpersonal ini merupakan etika yang bersifat subjektif dan ambigu. Artinya baik – buruknya suatu hal tergantung dari masing – masing norma dan budaya dari masing – masing individu maupun kelompok masyarakat. Mengapa perlu penulis ingatkan? Agar kita tidak jadikan itu sebagai ideologi kita. Sebab belum tentu suatu hal yang dianggap baik bagi suatu kelompok masyarakat tertentu merupakan sesuatu yang benar – benar baik. 


Penulis pribadi ambil contoh seperti halnya pergaulan bebas di Amerika yang dianggap baik dan wajar, tapi secara logika yang bersifat objektif apakah itu benar – benar sesuatu yang baik? Jelas tidak. Maka etika yang perlu di jadikan ideologi ialah etika yang diajarkan oleh Agama. Insyaallah etika yang diajarkan oleh Agama pastilah baik, jelas dan objektif serta tidak ambigu. Jadi, kalau terdapat etika dari ajaran Agama yang berbenturan dengan etika yang di akui secara umum, maka gunakanlah etika yang diajarkan Agama sebagai pedoman hidup. 

Semoga Bermanfaat ya. . . :-)

Comments

Popular posts from this blog

TEORI AKUNTANSI : MEMAHAMI SIFAT - SIFAT AKUNTANSI

ANGGARAN PERUSAHAAN : ANGGARAN PADA PERUSAHAAN JASA (SERVICE COMPANY BUDGET)

AKUNTANSI BIAYA : METODE HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COSTING METHOD)