ISLAM DAN HIJRAH : MEMAHAMI PENTINGNYA KONSEP KETUHANAN ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA
Secara sederhana konsep Ketuhanan adalah sebuah ide atau gambaran tentang Tuhan sebagai Sang Pencipta. Ini merupakan pemahaman yang wajib kita ketahui khususnya sebagai seorang muslim yang beriman agar tidak salah dalam menyembah-Nya serta tak tertipu oleh orang - orang yang berusaha memanipulasi dan berdusta tentang Tuhan atau Allah Subhanahu wa ta'ala. Menurut Imam Al-Ghazali yang dikenal sebagai seorang pemikir Islam yang produktif mengatakan bahwa eksistensi Tuhan adalah sebagai Wajibul Wujud yang tidak membutuhkan sesuatu apapun, maka ia adalah Zat Tuhan, yaitu zat ghair mutahajis artinya tidak memerlukan sesuatupun dalam eksistensi-Nya.
Keimanan adalah syarat mutlak untuk seseorang dapat menerima rahmat dan ridha-Nya yang juga akan mengantarkan kita untuk masuk ke dalam surga-Nya. Tanpa adanya iman dalam hati kepada-Nya, mustahil untuk seseorang mendapat rahmat dan rido-Nya serta masuk ke dalam surga. Sebanyak dan sesempurna apapun kebaikan yang dikerjakan oleh manusia, akan sia – sia jika tidak didasari dengan keimanan. Sia – sia untuk urusan akhiratnya, namun tak sia – sia dalam urusan dunianya.
Perumpamaan Tuhan dan hamba-Nya yaitu seperti pemberi imbalan dan penerima imbalan. Keimanan itu dapat dikatakan berpihak. Beriman kepada Allah Subhanahu wa ta'ala berarti kita berpihak kepada Allah Subhanahu wa ta'ala yang merupakan pemberi imbalan/balasan. Dan imbalan khusus hanya untuk yang beriman kepada-Nya ialah kebaikan akhirat. Oleh karena itu, segala kebaikan yang dikerjakan oleh manusia di dunia, yang beriman/berpihak pada-Nya pasti akan dinilai, dihargai dan dibalas dengan kebaikan akhirat.
Sebaliknya bagi yang tidak beriman kepada-Nya tentunya tidak akan dianggap (tidak bernilai apapun untuk akhiratnya) segala kebaikan yang pernah dikerjakannya. Sebab Allah Subhanahu wa ta'ala bukanlah pemberi imbalan bagi mereka. "Kalau kamu yakin (beriman) kepada selain Allah Subhanahu wa ta'ala semisal yakin sama jimat atau dukun/paranormal ya silakan minta imbalan, pahala & minta surga sama si jimat atau dukun/paranormal, jangan minta sama Allah", kira - kira seperti itu.
Dari sedikit penjelasan diatas, dapat kita pahami seberapa pentingnya keimanan itu bagi kita sebagai manusia. Maka dari itu, penting juga bagi setiap manusia untuk dapat menumbuhkan iman dalam hatinya. Salah satu cara menghadirkan dan menumbuhkan keimanan yang pertama dan utama menurut penulis ialah mengenal siapakah atau seperti apakah Tuhan itu dengan memahami prinsip dan konsep Ketuhanan Allah Subhanahu wa ta'ala secara logis juga untuk membedakan antara Tuhan dengan makhluk, yaitu :
1. Tuhan Yang Maha Esa (Maha Tunggal) (Al- Ahad)
Pembeda antara Tuhan dan mahkluk yaitu sifat maha esa atau maha tunggal yang hanya dimiliki oleh Tuhan atau Allah Subhanahu wa ta'ala. Maha Esa atau Maha Tunggal berarti menunjukkan sesuatu yang merupakan satu - satunya yang unik dan berbeda dari yang lain diseluruh alam dari awal waktu hingga akhir waktu, sedangkan kata esa atau tunggal berarti satu namun terkadang dalam beberapa hal dimaknai sebagai satu - satunya tapi tidaklah unik dan masih bisa berpotensi berubah menjadi lebih dari satu dikemudian hari, contohnya seperti anak tunggal terkadang diartikan sebagai anak satu - satunya yang dimiliki, namun masih dapat ditambah lagi dikemudian hari.
Jika manusia, hewan, tumbuhan, dan jin memiliki pasangannya serta berjumlah banyak, maka Tuhan tidak memiliki pasangan dan hanya satu. Bisa dibayangkan jika tuhan memiliki pasangan dan berjumlah banyak, maka akan terjadi perbedaan pendapat dan kehendak yang melahirkan hukum yang tidak jelas serta dapat berujung konflik bahkan peperangan antara tuhan yang akan berdampak buruk bagi segala urusan makhluk.
2. Tuhan Itu Pencipta Makhluk dan Alam Semesta (Al-Khaaliq)
Tidak ada satupun yang dapat menciptakan makhluk kecuali hanya Allah Subhanahu wa ta'ala saja sebagai Tuhan dan Tuhan tidak diciptakan atau dilahirkan atau melahirkan, dan tidak pula menciptakan tuhan lainnya. Lantas bagaimana dengan rekayasa genetik dan kloning yang dilakukan oleh manusia sehingga dapat menciptakan manusia, tumbuhan atau hewan atau makhluk campuran lainnya? Secara singkat, aktivitas rekayasa genetik dan kloning tersebut hanya menghasilkan jasad atau tubuh fisik saja, bukan makhluk. Yang menghidupkannya tetaplah Allah Subhanahu wa ta'ala. Itulah sebabnya rekayasa genetik dan kloning tidak dapat menjamin 100% apakah berhasil hidup atau tidak objeknya.
3. Tidak Setara Dengan Makhluk (Al-Mukhalafatu lil hawaditsi)
Sampai kapanpun Tuhan tidak akan pernah setara dengan makhluk-Nya dan tidak akan menciptakan makhluk yang setara dengan-Nya agar manusia dapat membedakannya. Jika makhluknya membutuhkan makan dan minum, maka Allah Subhanahu wa ta'ala atau Tuhan tidak membutuhkannya. Jika makhluknya berpasangan, Dia tidaklah berpasangan. Jika makhluknya berkembangbiak dan beranak – pinak, maka Allah Subhanahu wa ta'ala tidaklah demikian. Jika makhluknya dapat mati, maka Tuhan tidak dapat dan tidak akan pernah mati. Jika makhluk-Nya beranekaragam besarnya, maka Allah Subhanahu wa ta'ala ialah Maha Besar atau satu – satunya yang paling besar.
Jika makhluk-Nya hanya mampu menyelamatkan menggunakan ilmu medis dan mematikan orang dengan sebab (seperti di tusuk dengan pisau, di pukul kepalanya pakai batu, dan lain - lain), maka Allah Subhanahu wa ta'ala dapat menghidupkan dan menyembuhkan baik melalui perantara ilmu medis maupun secara langsung tanpa perantara dan sebab serta dapat mematikan baik melalui sebab (seperti terbunuh, sakit, kecelakaan dan lain - lain) maupun tanpa sebab, kapanpun dan dimanapun sesuai kehendak-Nya dan tidak ada yang bisa mencegah dan menghentikannya. Jika makhluk punya batasan, maka Allah Subhanahu wa ta'ala tidak memiliki batasan, dan seterusnya.
Allah Subhanahu wa ta'ala memiliki segalanya atau Maha Kaya (Al-Ghaniyy) dan dapat memberikan apapun yang diminta tanpa batas, kapanpun dan dimanapun sesuai kehendak-Nya. Sementara makhluk-Nya hanya memiliki sebagian kecil dari apa yang dimiliki dan diberikan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala saja dan hanya mampu memberikan apapun yang diminta hanya sebatas kemampuan dan apa yang dimilikinya. Maka pantaslah bahwa hanya kepada-Nya tempat meminta segala sesuatu. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
Katakanlah (Muhammad), "Dia Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia." (QS. Al-Ikhlas 112 : 1-4)
Dengan kata lain, secara singkat jika kita ingin mengidentifikasi apakah sesuatu itu Tuhan atau bukan, maka gunakanlah tolak ukur dalam surah atau surat Al-Ikhlas diatas. Allah Subhanahu wa ta'ala memang dapat melakukan segala sesuatu sesuai kehendak-Nya, bahkan ia mampu menjadi makhluk dan menyamakan diri-Nya dengan makhluk jika Ia berkehendak demikian.
Namun Allah Subhanahu wa ta'ala tidak akan melakukannya agar manusia dapat membedakan secara akal dan logika antara Tuhan dan makhluk. Jika Allah menjadi makhluk dan menyamakan diri-Nya dengan makhluk (misal dapat disakiti, butuh makan dan minum, dapat mati dan seterusnya), maka bisa dibayangkan berapa banyak manusia atau makhluk Allah lainnya yang akan mengaku dan atau dapat diakui sebagai Tuhan.
Berusahalah sebaik mungkin untuk menjadi beriman dan terus meningkatkannya sehingga tidak mudah berpaling menjadi sesat dan tidak sia – sia segala amal perbuatannya. Gunakan akal dan logika kita semaksimal mungkin untuk memahami agama, jangan hanya memaksimalkan akal logika untuk kepentingan dunia semata. Tentunya gunakanlah akal logika yang objektif, bukan menggunakan akal logika yang subjektif alias dibuat - buat, apalagi hanya dengan mengandalkan perasaan belaka alias kepercayaan buta.
Ingat, perasaan itu bersifat subjektif. Artinya dapat dipastikan respon perasaan terhadap suatu objek yang sama itu berbeda - beda antara satu orang dengan yang lainnya. Seseorang bisa saja menemukan kebahagiaan dan ketenangan atau kedamaian dalam hal baik dan benar ataupun buruk dan salah.
Contoh misalnya seseorang bisa saja menemukan ketenangan dengan mendengarkan musik tertentu, atau merasa damai atau tenang dalam melakukan zinah, atau ada juga orang yang merasa tenang ketika ia berhasil mengadu - domba orang lain atau melihat orang lain menderita, atau ia akan merasa tenang dan damai hanya jika memiliki harta yang berlimpah.
Seorang laki - laki bisa saja merasa senang dan menemukan ketenangan ketika seorang wanita cantik berpakaian seksi datang kepadanya untuk menyatakan cinta begitu juga sebaliknya seorang wanita pun dapat merasakan ketenangan jika ada pria tampan nan kaya raya menghampiri dan melamarnya sambil memeluknya padahal bukan mahramnya, ada juga yang merasa tenang dan damai dalam melakukan pesugihan atau kemusyrikan lainnya, dan lain sebagainya.
Di sisi lain seseorang juga dapat merasakan dan menemukan ketenangan atau kedamaian ketika ia menolak dan menjauhi zinah, melaksanakan sholat serta meninggalkan harta yang haram, meski dalam keadaan sederhana atau kekurangan, seorang laki - laki pun dapat merasakan kebahagiaan dan ketenangan ketika ia di ajak nikah oleh wanita sholeha meski wajah dan tubuhnya sederhana alias biasa saja, begitu juga dengan seorang wanita yang bisa saja mendapatkan ketenangan dan kedamaian ketika ada seorang lelaki sholeh yang datang melamarnya meski fisik dan hartanya sederhana, dan berhasil menolak dan meninggalkan kemaksiatan atau pelanggaran syariat serta menjalankan syariat lainnya.
Jika ada yang ingin ditambahkan atau menurut kamu salah terdapat kesalahan, boleh ditambahkan di kolom komentar ya. Terima kasih dan semoga resume atau rangkuman atau penjelasan yang ringkas ini bermanfaat ya, khususnya untuk mereka yang penulis sayangi lebih khususnya lagi untuk dia yang penulis sangat cintai di alam sana. Amiin.
Comments
Post a Comment