ISLAM DAN HIJRAH : DOA PASTI DIKABULKAN, TAPI...

 

Doa adalah salah satu tanda bahwa kita sebagai hamba-Nya sangat membutuhkan Allah SWT. Melalui doa, kita meminta apa yang menjadi kebutuhan dan atau keinginan kita kepada-Nya dengan harapan akan dikabulkan sehingga akan merasakan kebahagiaan. Doa merupakan salah satu bentuk ibadah jika dilakukan dengan ikhlas. Tanpa keikhlasan, doa tidak akan disertai keyakinan kepada Allah SWT sehingga mudah untuk putus asa dan berdoa serta meminta kepada selain Allah SWT (musyrik).

 

Jika doa semakin sering dipanjatkan dengan keikhlasan, maka kita akan semakin sering juga mengingat dan membutuhkan Allah SWT. Dengan demikian, kita tidak lupa untuk bersyukur atas segala yang diberikan oleh Allah SWT dan jauh dari kesombongan karena sadar bahwa semua (hal yang tidak melanggar syariat) yang berhasil di capai dan dimiliki merupakan pemberian dari-Nya yang tentunya dapat terjadi atas ijin-Nya, bukan semata – mata hanya karena kemampuan yang kita miliki. Allah berfirman :

 

Dan Tuhanmu berfirman, ”Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang – orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Gaafir 40 :60)

 

 

Maka sering – seringlah berdoa dan meminta kepada-Nya, Insyaallah akan dikabulkan oleh-Nya, tapi dengan cara dan waktu yang telah ditentukan-Nya. Meskipun begitu doa, tidak semua doa akan dikabulkan-Nya yang disebabkan oleh diri kita sendiri. Oleh sebab itu, sangat penting untuk kita dapat memperhatikan apa saja yang dapat menyebabkan doa kita tidak dikabulkan oleh-Nya agar kita tidak salah paham terhadap Allah SWT dan putus asa dari rahmat-Nya. Berikut lebih jelasnya :

 

1. Bersungguh – sungguh dalam berdoa. Sangat banyak orang yang berdoa kepada Allah SWT, namun yang bersungguh – sungguh tidaklah sebanyak itu. Maksudnya bersungguh – sungguh ialah benar – benar berniat dalam berdoa dengan khusyu’ dan tidak terburu – buru seperti orang yang main – main dalam berdoa. Tidak menjadikan doa hanya sebagai formalitas dan rutinitas kosong belaka.

 

 

2.   Berdoa dengan ikhlas dan tulus. Doa tanpa keikhlasan bagaikan meminta sesuatu yang kita butuhkan dan inginkan kepada siapa saja yang dapat mewujudkannya. Jika ada selain Allah SWT yang mampu mewujudkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan secara lebih cepat dan instan maka ia akan berdoa kepadanya dan mengabaikan Allah SWT serta berhenti berdoa kepada-Nya. Doa tanpa ketulusan, bagaikan menikah dengan seseorang yang tidak dicintai. Artinya ia tidak akan melakukannya dengan sepenuh hati dan mudah untuk berubah - ubah karena sejatinya memang tidak sesuai dengan kehendak hatinya.

 

 

3.   Tidak mengandung unsur kemaksiatan dan kezaliman. Maksiat merupakan segala sesuatu yang melanggar syariat-Nya. Allah SWT tidak akan mungkin mengabulkan sesuatu yang melanggar aturan yang dibuat-Nya sendiri. Semisal doa meminta agar dapat sukses menjadi direktur di sebuah lembaga ribawi, sedangkan kegiatan riba merupakan sesuatu yang melanggar syariat-Nya. Kalaupun itu terwujud, maka itu akibat dari usaha manusia itu sendiri, bukan karena dikabulkan oleh-Nya. Ingat bahwa manusia diberi kehendak bebas untuk memilih dan berusaha mengikuti aturan-Nya (taat) atau tidak mengikuti aturan-Nya (ingkar).

 

Selain itu, doa yang mengandung kezaliman (zhulm) atau ketidakadilan pun mustahil untuk dikabulkan oleh Allah SWT. Seperti berdoa agar dapat masuk surga ketika meninggal namun tetap sengaja melakukan kemusyrikan dan kemaksiatan. Jika itu dikabulkan-Nya maka tentu Allah SWT kelak akan dituntut oleh orang – orang yang benar – benar bertaqwa. “Saya udah capek – capek berusaha keras untuk taat dan masuk surga, kenapa orang itu bisa masuk surga juga padahal melakukan kemusyrikan dan banyak kemaksiatan”, kira – kira seperti itu. Tapi itu tidak akan pernah terjadi, karena Allah SWT Maha Adil (Al-‘adl)

 

 

4. Istiqomah/konsisten dalam doa. Doa sebagai bentuk tindakan nyata bahwa kita membutuhkan-Nya. Seringkali, kita tidak sabar menanti dan berhenti berdoa dan percaya kepada-Nya lalu berputus asa dari rahmat-Nya bahkan sampai melakukan kemusyrikan. Ketika kita sudah memutuskan untuk berhenti berdoa kepada Allah SWT, berarti kita sudah tidak butuh Allah SWT lagi.

 

Maka tunjukkanlah bahwa kita benar – benar butuh pertolongan-Nya dalam mewujudkan apa yang kita minta dalam doa, dengan terus – menerus berdoa atau konsisten dalam berdoa atau istiqomah dalam berdoa.

 

 

5.   Harta yang haram dapat mempengaruhi doa. Untuk dapat berdoa kepada Allah tentunya membutuhkan energi. Energi tersebut kita peroleh dari makanan dan minuman yang kita beli dan konsumsi.Jika kita membelinya dengan menggunakan harta yang haram, berarti kita berdoa kepada Allah SWT dengan bekal energi yang haram. Singkatnya, melakukan sesuatu yang baik dan halal dengan menggunakan sesuatu yang tidak baik dan haram. Maka doa pun akan sulit untuk dikabulkan oleh-Nya. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut :

 

“kemudian beliau menyebutkan seorang lelaki yang mengadakan perjalanan jauh, berambut kusut dan berdebu, menadahkan tangannya ke langit “Ya Rabb, Ya Rabb”, padahal makanannya berasal dari yang haram, minumannya berasal dari yang haram, pakaiannya berasal dari yang haram dan makan dari yang haram, maka bagaimana doanya akan dikabulkan.” (HR. Muslim)

 

 

Perlu diingat bahwa kita tidak pernah tahu kapan dan dengan cara seperti apa Allah SWT akan mengabulkan doa kita. Yang bisa kita lakukan hanya yakin dalam berdoa dan berusaha. Memang tidaklah mudah, namun tetaplah berprasangka baik (husnuzon) kepada Allah SWT. Semoga bermanfaat, khususnya untuk mereka yang penulis sayangi, lebih khususnya lagi untuk ia yang telah lebih dahulu di alam sana Insyaallah bidadari surga penulis serta untuk penulis pribadi. Amiin.

Comments

Popular posts from this blog

TEORI AKUNTANSI : MEMAHAMI SIFAT - SIFAT AKUNTANSI

ANGGARAN PERUSAHAAN : ANGGARAN PADA PERUSAHAAN JASA (SERVICE COMPANY BUDGET)

AKUNTANSI BIAYA : METODE HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COSTING METHOD)