CERITA : DI BALIK KEKURANGAN PENDERITA DISLEKSIA



A.  Memahami, apa Itu Disleksia (Dsyslexia)?
Disleksia merupakan suatu gangguan neurobiologis yang ditandai dengan kesulitan untuk mengenali huruf, angka dan kata secara akurat dan lancar bagi penderitanya. Gangguan pada otak ini sering berkaitan dengan gangguan belajar pada anak. Biasanya penderita disleksia mengalami kesulitan untuk mengeja, menghitung, menulis dan menyusun kata - kata.
 
Menurut Dr. Kristiantini Dewi Sp. A dalam mengidentifikasi penderita disleksia yang dimulai sejak usia pra sekolah di mana penderita hanya dapat di identifikasi melalui kemampuan berbahasa lisannya, sebab di usia pra sekolah tersebut seorang anak biasanya belum belajar menulis dan membaca dengan baik.


Menurut Dokter Dewi biasanya anak penderita disleksia ini umumnya anak yang menurut keterangan orang tuanya sebagai anak yang pintar dan berprestasi, akan tetapi ketika berbicara atau berkomunikasi secara lisan terdengar kurang jelas bahasanya atau aneh namun lucu, seperti misalnya ketika si anak mengucap “telur” maka yang terucap menjadi “terur” atau mengucapkan “taksi” namun yang terucap “tasik” atau “pemadam” menjadi terucap “pedadam” dan lain – lain.
 
Selain itu biasanya juga sering menggunakan terminologi atau istilah – istilah yang tidak tepat, misalnya ia berkata “jangan berenang di situ, soalnya kolamnya tebal”, padahal maksud dari kata - kata “kolamnya tebal” yang diucapkannya tersebut ialah “kolamnya dalam”. Selain itu, penderita disleksia pun lebih sering menggunakan kata ganti akibat ketidakmampuannya dalam ngomonginnya, seperti misal ia berkata “nanti aku pengennya makan siang yang kayak gini, tapi di gituin biar jadinya kayak gitu”.


Ketika anak mulai memasuki sekolah dasar, penderita disleksia dapat mulai dikenali melalui cara menulis dan cara membacanya, seperti misalnya sulit mengidentifikasi huruf dan angka yang bahkan suka tertukar atau sering tidak jelas ketika mereka membacanya.
 
Lebih spesifik lagi ketika penderita melihat angka atau huruf yang di baca maka masih terlihat jelas dan sempurna, akan tetapi seperti ada sesuatu yang terdapat di dalam pikiran penderita yang menghentikan atau memperlambat proses informasi tersebut. Lebih jelasnya seperti apa ketidakjelasan setiap huruf dalam informasi yang dibaca oleh penderita disleksia, dapat di lihat pada gambar di bawah ini.




B.  Dampak Bagi Penderita Disleksia    
Dampak buruk dari disleksia ini tidak hanya dari sisi akademis penderitanya, melainkan juga harga diri dan perkembangan sosial-emosional penderitanya. Terkadang ia menjadi kurang percaya diri dan tertekan atas ketidakmampuan atau kesulitan yang di alaminya secara tidak wajar tersebut dalam menulis, membaca, menghitung maupun menyusun kata – kata.
 
Terlebih jika orang – orang disekitarnya cenderung tidak mau berusaha mengerti akan si penderita dan cenderung menganggapnya bodoh atau karena malas belajar atau tindakan – tindakan diskriminasi lainnya yang membuatnya makin tertekan.


C.  Di Balik Segala Kekurangannya
Meskipun begitu, sejarah telah mampu mematahkan statement yang beredar di masyarakat yang tidak mengerti tersebut yang mengatakan penderita disleksia sebagai orang bodoh. Seperti yang dikutip oleh detik health menurut Ketua Asosiasi Disleksia Indonesia (ADI) Dr. Kristiandini Dewi, Sp(A) bahwa justru orang – orang disleksia banyak yang punya kecerdasan tinggi.
 
Seperti misalnya Albert Einstein (fisikanwan penemu teori relativitas), Leonardo Da Vinci (pelukis asal Italia yang melegenda), Thomas Edison (penemu bola lampu), Steven Spielberg (Pembuat Film ternama, di antara karyanya ialah Jurrasic Park, Jaws, Indiana Jones), Steve Jobs (Founder dan CEO dari perusahaan ternama Apple).


“Dibalik kekurangan seseorang, pasti ada kelebihan”. Tidak mungkin Allah SWT atau Tuhan menciptakan seseorang serba penuh dengan kekurangan tanpa kelebihan. Seperti halnya teman wanita dari penulis yang merupakan anak disabilitas, terkait kemampuan otaknya atau IQ nya. Seringkali aneh bercampur lucu bicaranya, terkadang rada kurang nyambung dan seringkali kesulitan dalam akademisnya. 


Setelah lama dan seringnya berinteraksi serta berkomunikasi (terkadang ngajarin terkait pelajaran kuliah) dengan teman penulis tersebut, penulis menemukan bahwa di balik kekurangannya di atas ternyata ia memiliki hobi yang sekaligus bakat juga potensi dalam dunia model. Tinggal bagaimana orang – orang di sekitarnya khususnya orang – orang terdekatnya berlaku baik dan mendukung setiap langkahnya secara positif serta membantunya dalam menggali potensi yang ada pada dirinya. Bijaklah dalam berperilaku terhadap mereka, jangan malah menghina, memandang sebelah mata atau mendiskriminasi mereka yang disabilitas.


Semoga bermanfaat ya, khususnya untuk penulis sendiri serta semoga sehat dan sukses untuk teman wanita dari penulis yang disabilitas tersebut. Amin ya rabbal alamin. :-)

Comments

Popular posts from this blog

TEORI AKUNTANSI : MEMAHAMI SIFAT - SIFAT AKUNTANSI

ANGGARAN PERUSAHAAN : ANGGARAN PADA PERUSAHAAN JASA (SERVICE COMPANY BUDGET)

AKUNTANSI BIAYA : MEMAHAMI REWORK DAN SCRAP