CERITA : CINTA TAK HARUS SELALU BERUJUNG MEMILIKI
Alkisah
tentang aku dan dia. Kita satu satu tempat kuliah, namun beda jurusan. Aku
akuntansi, dia manajemen. Jadi berasa terbalik ya, harusnya aku yang manajemen,
tapi mau gimana lagi, nggak mungkin juga kan pindah jurusan, lagian aku lebih
suka praktik dari pada terlalu banyak bicara. Hehehe.
Kita mulai saling kenal sejak semester 5, waktu aku udah mulai masuk kelas malam. Itu pun bukan kenalan langsung, hanya saling kenal – kenalan dari teman, “tu siapa sih, namanya siapa? Kok kayak unik banget ya? Manteb - manteb gimana gitu. Agak coklat2 manis, putih2 pucet. Eh, ngomong2 mahkluk apa sih dia?”, bercanda tapi kira – kira gitu deh gambarannya. Hehehe. Itu pun kayaknya dia duluan yang kenal aku, aku juga orangnya jarang ngomong dengan orang yang kurang aku kenal dan nggak pintar bergaul.
Kita mulai saling kenal sejak semester 5, waktu aku udah mulai masuk kelas malam. Itu pun bukan kenalan langsung, hanya saling kenal – kenalan dari teman, “tu siapa sih, namanya siapa? Kok kayak unik banget ya? Manteb - manteb gimana gitu. Agak coklat2 manis, putih2 pucet. Eh, ngomong2 mahkluk apa sih dia?”, bercanda tapi kira – kira gitu deh gambarannya. Hehehe. Itu pun kayaknya dia duluan yang kenal aku, aku juga orangnya jarang ngomong dengan orang yang kurang aku kenal dan nggak pintar bergaul.
Ketika semester akhir, mungkin
antara semester 6. 7 atau 8, mulai timbul ketertarikan sedikit – demi sedikit,
walaupun sempat terhenti dengan kehadiran tunanganku yang ujung – ujung berkhianat.
Entah kenapa. Skip mantan tunangan, lumayan durasi ceritanya nambah dikit. Hehehe. Setelah aku kepo-in, tanya – tanya tentang
dia, ternyata dia orang Jabar, baratnya yang mana tu rahasia. hehehe. Dan
ternyata, dia lebih kakak dikit dari aku. Aku suka manggil dia “Teteh”, tapi
dalam hati aja. Kalau benerannya sih aku manggilnya “kak”.
Tiap istirahat, beberapa kali sempat punya kesempatan ngobrol karena kadang dia suka ngumpul dan keluar istirahat dengan teman – temannya di depan kelasku, tapi aku nya aja yang respon seadanya, misal waktu temannya atau dia nya (aku udah lupa) minta difotoin. Sebenarnya bukan karena aku cuek, melainkan memang aku tipikal orang yang nggak mudah bergaul, nggak mudah mengenal banyak orang sekaligus dalam waktu yang singkat, atau biasa di sebut introvert. Mungkin karena itu, hubungan pertemanan kita hanya sebatas tahu – tahuan aja.
Tiap istirahat, beberapa kali sempat punya kesempatan ngobrol karena kadang dia suka ngumpul dan keluar istirahat dengan teman – temannya di depan kelasku, tapi aku nya aja yang respon seadanya, misal waktu temannya atau dia nya (aku udah lupa) minta difotoin. Sebenarnya bukan karena aku cuek, melainkan memang aku tipikal orang yang nggak mudah bergaul, nggak mudah mengenal banyak orang sekaligus dalam waktu yang singkat, atau biasa di sebut introvert. Mungkin karena itu, hubungan pertemanan kita hanya sebatas tahu – tahuan aja.
Singkat cerita, kita udah duduk di
semester 8. Hubungan pertemanan kita menjadi sedikit lebih baik dimana kita
sempat ngobrol – ngobrol singkat dan aktivitas bareng, ya walaupun hanya
sebatas pergi ke mesjid bareng dan ngobrol singkat di motor gitu. Pernah
sekali, aku udah janji bareng ke mesjid, tapi malah aku lebih milih anter
seorang cewe yang menurutku sederhana dan kalem, yang aku suka.
Setelah aku balik, malah dia nya udah ke mesjid duluan. But, itu sebuah penyesalan buatku karena cewe sederhana itu ternyata beda jauh dan nggak sesuai harapan. Skip tentang tambahan cewe sederhana itu, biar makin panjang dikit ceritanya. Hehehe. Semenjak hubungan pertemanan kita yang membaik itulah, semakin besar perasaan cintaku buat dia, tapi lagi – lagi aku nggak pernah mampu buat lebih mendekatkan diri lagi dengan dia.
Setelah aku balik, malah dia nya udah ke mesjid duluan. But, itu sebuah penyesalan buatku karena cewe sederhana itu ternyata beda jauh dan nggak sesuai harapan. Skip tentang tambahan cewe sederhana itu, biar makin panjang dikit ceritanya. Hehehe. Semenjak hubungan pertemanan kita yang membaik itulah, semakin besar perasaan cintaku buat dia, tapi lagi – lagi aku nggak pernah mampu buat lebih mendekatkan diri lagi dengan dia.
Pernah suatu kesempatan dia
ngobrol bareng temannya sesama manajemen yang kebetulan temanku juga yang lagi
ngobrol bareng aku, singkatnya sebelum pulang ia berkata “...nanti kalau (dia
nyebut namanya) udah punya anak...”, hanya itu yang aku ingat. Hehehe. Yang
jelas, setelah kata – kata itu, aku terbayang andai yang dimaksud adalah anak
aku dan dia.
Terkadang kesempatan tidak akan datang dua kali, kira – kira itulah yang aku rasakan setelah beberapa kali sempat ngobrol dan aktivitas bareng yang cenderung singkat dan seadanya. Sebab, kesempatan buat bersama dia udah nggak ada lagi karena mulai jarang ketemu semenjak penyusunan skripsi hingga akhirnya bertemu di ujian skripsi dan komprehensif. Sempat ngobrol singkat, bahkan sangat singkat sambil bercanda dan foto dia sendiri.
Terkadang kesempatan tidak akan datang dua kali, kira – kira itulah yang aku rasakan setelah beberapa kali sempat ngobrol dan aktivitas bareng yang cenderung singkat dan seadanya. Sebab, kesempatan buat bersama dia udah nggak ada lagi karena mulai jarang ketemu semenjak penyusunan skripsi hingga akhirnya bertemu di ujian skripsi dan komprehensif. Sempat ngobrol singkat, bahkan sangat singkat sambil bercanda dan foto dia sendiri.
Singkat cerita, setelah kita
dinyatakan lulus, aku pengen negur dia dan ngobrol atau setidaknya foto bareng
sama dia, tapi nggak berani. Terlebih lihat dia setelahnya langsung membaur
dengan teman – temannya dan foto – foto bareng temannya, so aku makin nggak
berani. Waktu itu adalah sebuah harapan dan penantian terakhirku.
Aku sempat kayak orang bingung – bingung gitu didepan kampus dan nunggu dia keluar dengan harapan bisa nganter dia pulang, tapi ada temanku yang sempat minta tolong buat fotoin dia bareng pacarnya, jadi perhatianku sempat teralih. Setelah itu, aku coba fokuskan kembali menanti dia di depan kampus dan ternyata dia udah naik angkot/mikrolet duluan. Sedih. Sejak saat itu, nggak ada kesempatan buat ketemu lagi. Cuma bisa lihatin foto profilnya di instagram yang kadang deketan dengan foto profilku, yang bulat – bulat itu lho, entah apa namanya bagian instagram itu. Hehehe.
Aku sempat kayak orang bingung – bingung gitu didepan kampus dan nunggu dia keluar dengan harapan bisa nganter dia pulang, tapi ada temanku yang sempat minta tolong buat fotoin dia bareng pacarnya, jadi perhatianku sempat teralih. Setelah itu, aku coba fokuskan kembali menanti dia di depan kampus dan ternyata dia udah naik angkot/mikrolet duluan. Sedih. Sejak saat itu, nggak ada kesempatan buat ketemu lagi. Cuma bisa lihatin foto profilnya di instagram yang kadang deketan dengan foto profilku, yang bulat – bulat itu lho, entah apa namanya bagian instagram itu. Hehehe.
Setelah beberapa lama masih
berharap, tiba – tiba aku lihat dia posting undangan buat nikahannya. Rasanya
tu gimana ya, aku nggak ngerti juga. Campur aduk. Yang jelas aku harus
mengikhlaskannya dengan orang lain dan nggak boleh berharap lagi, dosa kalau
berharap ke orang yang udah ada yang punya.
Kata temanku, aku telat dan nggak berani ngomong. Tapi bagi aku, mungkin memang kita nggak berjodoh. Toh, mungkin juga sebelum – sebelumnya memang dia udah jalin hubungan sama calon suaminya itu, jadi kalaupun aku nyatakan juga bakal ditolak. Sungguh sebuah perasaan yang sulit untuk aku jelaskan. Yang jelas, Cuma bisa bilang dalam hati “selamat ya Teh, semoga sehat dan menjadi pasangan yang bahagia. Teteh kan menjadi satu bab yang berwarna dari sebuah buku tentang cerita cintaku”. :-)
https://kazenime22.blogspot.com/2020/02/cerita-beneran-introvert-kenali-ciri.html
https://kazenime22.blogspot.com/2020/02/cerita-rasanya-kala-tulus-hati-berbalas.html https://kazenime22.blogspot.com/2019/04/cara-move-on-dari-mantan-kekasih.html
https://kazenime22.blogspot.com/2019/09/cerita-di-balik-kekurangan-penderita.html
https://kazenime22.blogspot.com/2019/04/cara-memaafkan-diri-sendiri.html
https://kazenime22.blogspot.com/2019/04/inspirasi-umum-dan-bisnis-kepahitan.html
Kata temanku, aku telat dan nggak berani ngomong. Tapi bagi aku, mungkin memang kita nggak berjodoh. Toh, mungkin juga sebelum – sebelumnya memang dia udah jalin hubungan sama calon suaminya itu, jadi kalaupun aku nyatakan juga bakal ditolak. Sungguh sebuah perasaan yang sulit untuk aku jelaskan. Yang jelas, Cuma bisa bilang dalam hati “selamat ya Teh, semoga sehat dan menjadi pasangan yang bahagia. Teteh kan menjadi satu bab yang berwarna dari sebuah buku tentang cerita cintaku”. :-)
https://kazenime22.blogspot.com/2020/02/cerita-beneran-introvert-kenali-ciri.html
https://kazenime22.blogspot.com/2020/02/cerita-rasanya-kala-tulus-hati-berbalas.html https://kazenime22.blogspot.com/2019/04/cara-move-on-dari-mantan-kekasih.html
https://kazenime22.blogspot.com/2019/09/cerita-di-balik-kekurangan-penderita.html
https://kazenime22.blogspot.com/2019/04/cara-memaafkan-diri-sendiri.html
https://kazenime22.blogspot.com/2019/04/inspirasi-umum-dan-bisnis-kepahitan.html
Comments
Post a Comment